WHO Memperingatkan Meningkatnya Ancaman Wabah Covid-19 Gelombang Ketiga di Benua Afrika

Jakarta - WHO memperingatkan, sistem perawatan kesehatan di seluruh Afrika "jauh dari siap" untuk mengatasi gelombang baru infeksi virus corona, dengan pengiriman vaksin hampir terhenti dan kasus melonjak di banyak negara.

"Banyak rumah sakit dan klinik Afrika masih jauh dari siap untuk mengatasi peningkatan besar pasien sakit kritis," jellas direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti pada Kamis, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (4/6).

"Ancaman gelombang ketiga di Afrika nyata dan meningkat," tambahnya dalam instruction virtual.

Menurut WHO, Afrika mencatat 4,8 juta kasus Covid-19 dan 130.000 kematian, mewakili 2,9 persen kasus worldwide dan 3,7 persen kematian.

Menurut survei yang dilakukan WHO pada Mei, fasilitas dan tenaga kesehatan yang diperlukan untuk menangani pasien Covid yang kritis sangat tidak memadai di banyak negara Afrika.

Dari 23 negara yang disurvei, sebagian besar memiliki kurang dari satu tempat tidur ICU per 100.000 penduduk dan hanya sepertiga yang memiliki ventilator mekanik. Sebagai perbandingan, negara-negara seperti Jerman dan Amerika Serikat memiliki lebih dari 25 tempat tidur per 100.000 orang.

"Pengobatan adalah garis pertahanan terakhir melawan virus ini dan kami tidak bisa membiarkannya bobolr," jelasnya.

Moeti juga menyerukan ketersediaan peralatan yang lebih baik untuk rumah sakit dan staf medis.

Peningkatan kasus

Dalam beberapa pekan terakhir, benua itu telah mengalami peningkatan infeksi. Afrika Selatan, negara Afrika fading terdampak pandemi, telah memperketat pembatasan kesehatan dan sekarang mencatat lebih dari 1,6 juta kasus dan 56.439 kematian.

Di ibu kota Republik Demokratik Kongo (DRC), Kinshasa, WHO mendeteksi "kenaikan eksponensial" bulan lalu dalam kasus-kasus yang mencerminkan "kemerosotan yang jelas" di provinsi yang lebih luas.

Menteri Kesehatan DRC Jean-Jacques Mbungani mengatakan negara itu mengalami gelombang infeksi baru.

"Saya secara resmi mengumumkan dimulainya gelombang ketiga pandemi Covid-19 di negara kita, dengan Kinshasa sebagai episentrumnya," jelas Mbungani kepada wartawan.

Menurut Mbungani, tingkat vaksinasi yang rendah dan rendahnya tingkat kepatuhan terhadap kebersihan yang direkomendasikan menjadi salah satu alasan meningkatnya tingkat infeksi.

Sementara di Uganda, jumlah kasus melonjak 131 persen dalam sepekan dengan wabah di sekolah dan peningkatan kasus di kalangan petugas kesehatan. Angola dan Namibia juga mengalami lonjakan kasus.

Secara bersamaan, menurut WHO, benua Afrika menghadapi kekurangan vaksin dan pengiriman hampir terhenti di Afrika. WHO berharap pengiriman baru dalam beberapa bulan mendatang melalui skema COVAX internasional, termasuk janji 80 juta dosis dari Amerika Serikat.

Sampai saat ini hanya 2 persen orang Afrika yang telah menerima setidaknya satu suntikan, dibandingkan dengan 11 persen populasi dunia, menurut Our World in Data. Enam negara belum memulai inokulasi, empat di antaranya berada di Afrika: Tanzania, Burundi, Chad, dan Eritrea.

Secara terpisah pada Kamis, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika), John Nkengasong, sekali lagi mengecam negara-negara kaya karena gagal meningkatkan upaya mereka dalam menjamin akses yang lebih adil ke vaksin.

"Saya ingin menyampaikan alasan moral kepada para pemimpin G7 bahwa persediaan vaksin kami yang terbatas di benua itu pasti memiliki dampak yang serius bagi kami, sebuah badan ekonomi yang serius bagi kami,"katanya saat konferensi pers.

"Mungkin itu adalah badan moral yang lebih besar bagi mereka yang duduk di atas dosis vaksin yang berlebihan; karena sebenarnya, mereka ingin berada di sisi kanan sejarah".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PDIP Melakukan Doa Bersama Untuk Sabam Sirait, Yang Dipimpin Oleh Megawati

Hari Pencoblosan Pemilu Akan Diputuskan Pada Pekan Depan

Fraksi PKB Mendesak KPU Agar segera Menetapkan Tanggal Pemilu Karena Maraknya Aksi Curi Start Pemilu